BPJS Kesehatan Batam Gelar Pelatihan Perawatan Luka, Diikuti Dokter FKTP
Kamis, 24 Oktober 2024
Peserta Kegiatan Pelatihan (foto by ist/infokepri) |
BATAM, Infokepri.com - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, melaksanakan kegiatan Pelatihan Perawatan Luka oleh dokter spesialis kepada seluruh dokter di FKTP Mitra BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Elisabeth Batam Kota, Batam Centre.
Dalam kegiatan, hadir Dinas Kesehatan Kota Batam, Ketua ASKLIN (Asosiasi Klinik Indonesia) Kota Batam, dan Ketua PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) Prov. Kepri yang sekaligus sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Elisabeth Batam Kota.
Ketua PERSI sekaligus Direktur Rumah Sakit Elisabeth Batam Kota, dr. Sahat Hamonangan Siahaan menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkaya pengetahuan dari dokter di FKTP.
“Saya berharap sebagai rekan sejawat, dengan terlaksananya kegiatan ini, maka knowledge dari peserta kegiatan dapat kemudian diaplikasikan kepada masyarakat ketika membutuhkan perawatan luka,” katanya, (22/10).
Berikutnya, Kepala BPJS Kesehatan Cabang Batam, Harry Nurdiansyah menyampaikan sambutan pada kegiatan ini, sembari menyinggung terkait pengendalian mutu dan biaya.
“Saya mengucapkan terima kasih dan juga mengapresiasi para dokter yang telah ikut serta dan berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sebagai pengingat juga, kegiatan ini dilaksanakan untuk memastikan kompetensi dokter di FKTP semakin meningkat dan berkualitas. Hal ini sehubungan dengan fungsi kita yang memegang kendali atas mutu dan biaya dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),” tutupnya.
Narasumber pada kegiatan ini, dokter spesialis bedah di RS Elisabeth Batam Kota, dr. Fredy Rustomi Damanik menyampaikan beberapa penjelasan terkait definisi luka dan penanganan luka akut. Fredy menyampaikan, penanganan luka pada FKTP masih mengandalkan perawatan luka tradisional, sehingga peserta yang membutuhkan perawatan luka masih sering berkunjung kembali akibat luka yang terlalu lama membaik.
“Sebetulnya saya yakin kalau dokter di FKTP sudah memahami cara perawatan luka, namun yang perlu diketahui, perawatan luka dengan menggunakan alat tradisional memiliki kekurangannya tersendiri. Oleh karena itu kita laksanakan pelatihan ini sebagai sarana sharing ilmu yang saya miliki, terutama cara merawat luka dengan alat modern,” katanya.
Lanjutnya, ketersediaan peralatan perawatan luka bukan menjadi penghalang dokter di FKTP melakukan tindakan, apalagi sampai tidak memeriksa kondisi luka pasien. Fredy mengutarakan pentingnya dokter di FKTP untuk dapat mengedukasi pasien dan keluarga pasien agar menjamin bahwa luka tersebut tidak semakin parah kondisinya ketika pasien tidak sedang berada di Faskes.
“Alat perawatan luka tradisional sudah pasti ada di FKTP, jadi bukan berarti ketika mendapat pelatihan perawatan luka yang menggunakan alat modern ini, pelayanan yang menggunakan alat tradisional tidak dilaksanakan. Kalau memang keterbatasan dari alat modern penunjang perawatan lukanya belum tersedia di FKTP, maka berikan edukasi kepada pasien tentang perawatan luka, sehingga luka nya cepat sembuh,” tegasnya.
Terkait fungsi pengendalian biaya oleh Faskes dan BPJS Kesehatan, pendapatnya terkait pengadaan alat perawatan luka modern. Hal tersebut dimaksudkan agar menjadi bahan pertimbangan bagi seluruh stakeholder dari program JKN.
“Hal yang perlu kita sama-sama perhatikan adalah masalah implementasi penanganan luka menggunakan alat modern seperti hydrocolloid patch, alginates, hydrogel dan lainnya. Butuh koordinasi lebih lanjut dengan pihak RS dan Pemerintah Kota terkait hal ini. Bahan medis habis pakai juga harus ekonomis sehingga tidak memberatkan dari segi finansial,” katanya.
"Semoga, peserta kegiatan dapat mengimplementasikan ilmu yang didapat sehingga perawatan luka yang dilakukan di FKTP dapat dilakukan secara optimal," tutupnya. (*)
Editor : Andi P