Seorang Tenaga Medis, dr Jhon Edward F Sipayung Meninggal Dunia Akibat Covid-19
Para petugas medis memberikan penghormatan terakhir pada pelepasan jenazah dr Jhon Edward F Sipayung,dari RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar (Fhoto : Tribunmedan.com)
SIMALUNGUN, Infokepri.com - Kabar duka datang lagi dari dunia medis. Seorang lagi dokter meninggal dunia akibat serangan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), dr Jhon Edward F Sipayung.
Sebelumnya, dua dokter meninggal berturut pada 12- 13 Agustus lalu. Kedua dokter tersebut yakni dr Dennis dan dr Sabar Tuah Barus, Sp.A.
Kepala Puskesmas Parbutaran, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, dr Jhon Edward F Sipayung dikabarkan meninggal dunia akibat Covid-19, Selasa (18/8/2020) tengah malam tadi.
Kabar duka ini dibenarkan, Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Simalungun, dr Lidya Saragih.
Secara singkat Ia membenarkan adanya Kepala Puskesmas yang meninggal dunia karena Covid 19.
" Ya bang," ujar Lidya singkat saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp (WA), dikutip tribunmedan.com, Rabu (19/8/2020).
Dari informasi yang diterima, dr Jhon Edward F Sipayung meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan di RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar.
Jhon juga sebelumnya sudah menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Kota Medan dan sempat dinyatakan sembuh hingga pulang ke kota Pematangsiantar.
Namun saat menjalani isolasi di Pematangsiantar, Jhon kembali sakit dan dirawat di RSUD Djasamen Saragih dengan hasil rapid test reaktif, hingga akhirnya meninggal dunia.
Pasca meninggalnya Kepala Puskesmas Parbutaran, Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun menghentikan pelayanan masyarakat selama sepekan ke depan. Operasional atau pelayanan Puskesmas dihentikan mulai tanggal 19 - 25 Agustus 2020.
Pusdalops Tim Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Simalungun Fritz Ueki Damanik, Rabu (19/8/2020) mengatakan, untuk sementara pelayanan Puskesmas Parbutaran dialihkan ke Puskesmas pembantu atau Puskesmas terdekat.
"Pelayanan Puskesmas Parbutaran dihentikan selama seminggu, dan dialihkan ke Puskesmas pembantu atau Puskesmas terdekat," sebut Ueki.
Pria yang menjabat Kepala BPBD kabupaten Simalungun itu menambahkan, Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 juga melakukan sterilisasi dengan menyemprot disinfektan di Puskesmas Parbutaran dan lingkungan sekitarnya.
Selain itu katanya, Bupati JR Saragih sudah memerintahkan seluruh staf Puskesmas Parbutaran untuk diperiksa kesehatannya.
dr Sabar Tuah Barus, Sp.A dan dr Dennis
IDI Medan mengabarkan dr Sabar Tuah Barus, Sp.A meninggal akibat Covid-19 di RS Murni Teguh pada Kamis (13/8/2020).
Hitungan jam sebelumnya, IDI Medan mengabarkan seorang dokter muda, dr Dennis meninggal dunia pada Rabu (12/8/2020) malam.
Ketua IDI Medan, dr Wijaya Juwarna, Sp-THT-KL mengatakan bahwa dr Sabar Tuah Barus meninggal di usia 75 tahun.
Almarhum juga merupakan dokter senior di IDI Medan.
“Beliau ini anggota IDI Medan. Beliau senior kita, setahu kita hanya berpraktik pribadi di rumahnya,” kata Wijaya, Kamis (13/8/2020).
Sebelumnya, seorang dokter muda yang bekerja di sebuah klinik di Medan meninggal dunia setelah dirawat hampir satu minggu di Rumah Sakit Siloam.
"Seorang rekan kita meninggal dunia, dr Dennis. Ia meninggal di Rumah Sakit Siloam tadi malam. Gugur akibat covid-19," ujar Wijaya saat dikonfirmasi Tribun Medan, Kamis (13/8/2020).
Ia juga menerangkan, bahwa almarhum dr Dennis bekerja di klinik yang tidak langsung menangani Covid-19.
Hingga kini, berdasarkan data IDI Medan, tercatat sebanyak 8 orang dokter yang meninggal akibat Covid-19.
"Di antara dokter di Medan yang meninggal karena Covid-19, dr. Dennis paling muda usia 32 tahun,” katanya.
Menurut sepengetahuan Wijaya, almarhum dr Dennis bekerja di sebuah klinik.
Ia bekerja tidak langsung menangani covid-19.
“Setahu saya almarhum bekerja di salah satu klinik, tidak langsung menangani pasien Covid-19. Saat ini temannya yang bekerja di klinik yang sama tengah dirawat di ICU salah satu RS di kota Medan,” tambahnya.
Dia juga berharap, segala amal ibadah para dokter yang meninggal diterima di sisi Yang Maha Kuasa.
"Semoga darmabakti, dedikasi, dan pengabdian beliau akan menjadi suri teladan dan menjadi pendorong semangat bagi tenaga kesehatan dan relawan medis lainnya yang sedang berjuang melawan Covid-19,” katanya.
Pemetaan Rumah Sakit
Sebelumnya, berkaitan dengan banyaknya tenaga medis yang berjatuhan karena covid-19 Wijaya menerangkan bahwa sangat penting memetakan kembali RS yang ada.
"Jika dinilai satu RS lebih bermakna jika menangani pasien non-Covid, maka RS tersebut tidak boleh menangani pasien Covid, begitu sebaliknya,” tuturnya.
Wijaya berharap adanya dukungan semua pihak untuk turut menghargai jasa para tenaga medis di masa pandemi covid-19 ini.
“Kiranya kita masih berharap dukungan seluruh pihak, baik dari pemerintah dan masyarakat untuk turut menghargai perjuangan para dokter dan tenaga medis lainnya di masa pandemi covid-19 ini,” ujarnya.
Ia menilai, dengan banyaknya kasus covid-19 yang juga dirawat di beberapa rumah sakit swasta yang bukan RS rujukan resmi covid-19 oleh pemerintah, merupakan hal yang kurang tepat.
"Saya tidak bilang itu salah, tapi alangkah baiknya kalau pasien yang covid dan noncovid-19 itu dipisah, tidak boleh ada dalam areal yang berdekatan. Makanya cukup rumah sakit khusus yang merawat covid-19," ujar Ketua IDI Medan dr Wijaya Juwarna Sp-THT-KL.
Dikatakannya, semakin banyak jumlah pasien Covid-19 yang dirawat maka akan semakin tinggi juga jumlah paparan virus tersebut.
Hal ini sangat berisiko tinggi terlebih bagi tenaga kesehatan yang berjuang langsung menangani pasien Covid-19.
“Saya menilai dengan pasien yang semakin banyak maka jumlah paparan akan semakin besar. Hal ini sangat berisiko tinggi bagi nakes, apalagi yang mengalami kelelahan dan adanya penyakit penyerta,” katanya.
Menurut Wijaya, sebaiknya hanya sebanyak 30 persen total rumah sakit di kabupaten/kota yang khusus menangani covid-19.
"Masih besar harapan saya maksimal hanya 30 persen saja dari total RS yang ada di kabupaten/kota yang khusus menangani pasien covid-19, tidak boleh selain itu. Sehingga 70 persen lagi masih sehat dan minimal penyebaran/paparan terhadap nakes dan pasien noncovid-19," tuturnya.
Disebutkannya, diperlukan sistem karantina untuk pasien covid-19 yang tidak tergabung dengan pasien lainnya.
"Diperlukan sistem karantina, tidak gabung atau 1 lokasi dengan pasien non covid-19," terangnya.
Meskipun berbeda ruangan karantina, namun pengendalian nakes di rumah sakit yang bukan khusus menangani Covid-19 akan menjadi sulit.
“Lalu lintas Nakes, petugas RS, pasien dan keluarga pasien di satu gedung lama kelamaan bisa jadi tidak terkendali," ungkapnya.
Penyebaran virus bisa saja lewat lift dan pintu masuk (IGD) dan keluar sebagai tempat lalu lintas Nakes (tenaga kesehatan) dan pasien Covid-19 dan non-Covid-19 di Rumah Sakit.
"Memang ruangan isolasinya berbeda, tetapi lift, pintu masuk dan keluar untuk lalu lintas pasien dan dokter serta nakes lainnya kan tetap sama. Makanya layanan kesehatan lain dengan fasilitas penanganan Covid-19 dipisahkan. Kalau berbeda gedung, beda lalu lintas Nakes untuk pasien covid-19 dengan noncovid-19, gak apa-apa juga,” ungkapnya.
Sebelumnya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pemprov Sumut mencatat 348 tenaga medis dan tenaga kesehatan telah terpapar Covid-19. Sebagian dari jumlah tersebut telah meninggal dunia.
Angka ini tercatat sejak awal mula kasus pertama yang terjadi di Sumut pada Maret 2020 lalu hingga Agustus 2020.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, Mayor Kes dr. Whiko Irwan menyebutkan bahwa dari ratusan tenaga medis dan tenaga kesehatan tersebut, di antaranya 42 dokter spesialis.
"Tercatat sejak awal pandemi hingga 8 Agustus, tenaga kesehatan yang terpapar covid terdiri dari 42 dokter spesialis, 13 orang peserta pendidikan dokter spesialis, 29 dokter umum, 207 orang perawat, 29 bidan, dan 30 analis laboratorium. Dan beberapa orang dokter di antaranya meninggal dunia dengan konfirmasi covid positif," kata Whiko.
Whiko meminta agar masyarakat taat kepada protokol kesehatan agar meringankan tugas para dokter dan tenaga medis dalam merawat penderita covid-19.
"Jangan menambah penderita baru di Sumut, kita akan meringankan tugas mereka dalam merawat penderita covid bila seluruh masyarakat melaksanakan protokol kesehatan yakni dengan mengenakan masker, jaga jarak minimal 2 meter, cuci tangan pakai sabun dan menghindari keramaian," tegasnya.
Whiko mengatakan, orang yang sehat memiliki imunitas yang baik tidak akan sakit akibat covid-19, namun justru menjadi orang tanpa gejala yang menularkan virus corona kepada orang-orang yang rentan.
"Karena itu pemerintah mewajibkan agar setiap orang mengenakan masker selama pandemi corona ini agar orang-orang yang rentan tidak tertular virus corona. Orang yang rentan ini di antaranya mereka yang lanjut usia, usia balita, orang yang menderita penyakit kronis dan imunitas yang rendah," tegas Whiko.
Lebih lanjut, Whiko menyebutkan Gubernur Sumatera Utara telah meminta seluruh kepada daerah untuk mendisiplinkan masyarakatnya.
"Pak Gubernur juga meminta kepada bupati dan wali kota di Sumut untuk menerbitkan peraturan bupati atau peraturan wali kota dalam mendisiplinkan masyarakat dengan menerapkan sanksi sesuai Inpres yang mempertimbangkan kearifan lokal," pungkasnya.
8 Orang Meninggal, 130 Orang Terkonfirmasi Positif Covid-19
Inilah data sebaran terbaru Virus Corona (covid-19) di Medan dan sejumlah wilayah di Sumatra Utara.
Dari data yang diperoleh oleh pihak Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 wilayah Sumut menyampaikan bahwa adanya pertambahan kasus positif Covid-19 dan pasien yang sembuh dari Covid-19.
Terkait pertambahan jumlah tersebut, Juru Bicara GTPP Covid-19 Wilayah Sumut Mayor Kes Whiko Irwan menguraikan secara detail persebarannya.
"Pada Selasa (18/8/2020), pertambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 130 orang dan yang sembuh dari Covid-19 sebanyak 81 orang," ujar Mayor Kes Whiko Irwan saat dikonfirmasi pada Selasa (18/8/2020).
Lebih lanjut, dia menguraikan daerah persebaran yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan yang sembuh dari Covid-19 di wilayah Sumatera Utara pada hari ini.
"Kabupaten/ Kota yang menjadi daerah persebaran terkonfirmasi positif Covid-19, yakni: Medan (65), Pematangsiantar (3), Binjai (2), Tebing Tinggi (3), Sibolga (1), Deliserdang (9), Langkat (3), Karo (5), Simalungun (5), Asahan (1), Tapanuli Utara (3), Tapanuli Tengah (8), Dairi (3), Toba (7), Sergai (1), Padang Lawas (1), Labuhanbatu Utara (2), Luar Sumut (6), dan Domisili yang tidak diketahui (2)," ungkapnya.
Selain yang terkonfirmasi positif Covid-19, Mayor Kes Whiko Irwan juga menguraikan persebaran pasien Covid-19 yang sembuh.
"Pasien Covid-19 di wilayah Sumut yang sembuh tersebar di daerah Medan (29), Pematangsiantar (1), Tebing Tinggi (1), Padang Sidempuan (1), Deliserdang (4), Karo (1), Asahan (1), Tapanuli Tengah (39), dan dari luar Sumut (4)," lanjutnya.
Ada 8 orang yang meninggal hari ini dan tersebar di tiga daerah.
"Pasien meninggal dan terkonfirmasi positif Covid-19 ada di Medan (6), Sergai (1), dan Gunung Sitoli (1)," pungkasnya.
(tribunmedan.com)