Virus Corona, Kisah Perjuangan Ibu Bawa Anak Keluar Kota Wuhan
Minggu, 02 Februari 2020
JAKARTA, Lu Yuejin, 50 tahun, pada Sabtu, 1 Februari 2020, menunggu selama berjam-jam demi bisa keluar dari pos pemeriksaan di jembatan Wuhan yang menghubungkan sungai Yangtze dan wilayah luar Provinsi Hubei, Cina. Lu ingin keluar dari Hubei untuk membawa putrinya Hu Ping, 26 tahun, berobat karena sakit kanker darah atau leukaemia.
Hu harus mendapatkan kemoteraphy kedua dan hal itu tidak bisa dilakukan di Ibu Kota Wuhan karena rumah sakit di kota itu sesak oleh pasien-pasien terjangkit virus corona.
“Putri saya harus pergi ke rumah sakit di Jiunjiang. Dia harus mendapatkan perawatan, namun mereka (polisi) tidak mengizinkan kami keluar,” kata Lu, seperti dikutip dari ndtv.com.
Hu duduk di tanah sambil menutupi tubuhnya dengan selembar selimut, sementara Lu memohon kepada aparat kepolisian agar mereka diizinkan keluar dari Wuhan.
“Tolong bawa putri saya keluar dari sini, saya tidak pergi pun tidak apa-apa, tapi tolong biarkan anak saya keluar,” kata Lu, memohon.
Lu sangat memohon kepada aparat kepolisian yang memegang erat aturan bahwa penduduk tidak diizinkan ke Jiujiang, sebuah kota di Provinsi Jiangxi yang ada di selatan sisi sungai Yangtze. Beruntung, lama-kelamaan aparat kepolisian itu luluh dan menelepon mobil ambulan. Lu dan Hu dibawa keluar Kota Wuhan dengan ambulan itu.
“Yang ingin saya lakukan hanyalah menyelamatkan nyawanya,” kata Lu.
Jembatan penghubung Provinsi Hubei dengan kota lain ditutup sebagai bagian upaya Pemerintah Cina menghentikan penyebaran virus corona yang telah menewaskan lebih dari 300 orang dan membuat 14.380 orang terjangkit virus mematikan ini di seluruh dunia, dimana jumlah terbanyak ada di Cina.
(tempo.co)