Curah Hujan Tinggi Sebagian Harga Sayur Mayur Melonjak Naik
Sabtu, 21 Desember 2019
BATAM, Infokepri.com – Menjelang Natal tahun 2019 sebagian harga sayur mayur melonjak naik, salah satu faktor penyebab kenaikan harga itu lantaran dalam seminggu terakhir ini curah hujan tinggi akibatnya produksi hasil pertanian petani lokal di Batam menurun.
Herawati salah seorang pedagang sayur mayur di pasar Cipta Puri, Tiban, Sekupang , Batam saat ditemui Sabtu (21/12/2019) mengatakan Timun semula dijual dengan harga Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu,- kini dijual dengan harga Rp 18 ribu,- perkilogramnya.
Tomat semula dijual dengan harga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu,- kini dijual dengan harga Rp 20 ribu,-. Demikian dengan Buncis semula dijual dengan harga Rp 12 ribu,- kini dijual dengan harga Rp 15 ribu,- perkilogramnya.
Sedangkan cabe merah yang semula harganya sempat turun kemudian naik kembali dan kenaikannya tidak begitu signifikan semula cabe merah dijual dengan harga Rp 48 ribu,- kini dijual dengan harga Rp 52 ribu,- perkilogramnya.
Cabe rawit semula dijual dengan harga Rp 35 ribu,- kini dijual dengan harga Rp 36 ribu,- perkilogramnya dan bawang merah asal Jawa semula dijual dengan harga Rp 32 ribu,- kini dijual dengan harga Rp 42 ribu,- perkilogramnya.
Sementara bawang infor asal Birma semula dijual dengan harga Rp 18 ribu,- kini dijual dengan harga Rp 27 ribu,- perkilogramnya.
Bawang putih semula dijual dengan harga Rp 26 ribu,- kini dijual dengan harga Rp 30 ribu,- perkilogramnya.
Gula putih semula dijual Rp 11 ribu,- kini dijual dengan harga Rp 12.500,- perkilogramnya. Minyak goreng curah semula dijual dengan harga Rp 10 ribu,- kini dijual dengan harga Rp 11 ribu perkilogramnya.
Daging ayam ras masih normal dijaul dengan harga Rp 31 ribu perkilogramnya dan daging sapi dijual dengan harga Rp 85 ribu,- perkilogramnya.
Santan kelapa dijual dengan harga Rp 12 ribu,- perkilogramnya dan kelapa parut dijual dengan harga Rp 7 ribu ,- perkilogramnya.
Herawati mengatakan harus adanya kontrolisasi harga, jadi pedagang dan pembeli sama-sama enak, standarisasi harga terjadi. Sehingga cukong atau agen tidak melakukan spekulasi lantaran tingginya permintaan menjelang Natal ini.
“ Kontrolisasi harga dari Pemerintah Daerah pernah datang namun hanya dua kali, selama saya membuka kedai ini dalam kurun waktu 10 tahun,” katanya.
Ia mengharapkan agar diterapkan sistemnya seperti di negara Malaysia dan Singapura, dibuat standarisasi harga. Jika ada ditemui penjual, tidak sama harganya, mereka bisa mendapat denda hingga tokonya di tutup. Sehingga tidak ada lagi permasalahan seperti gaji naik harga juga naik, untuk itu perlu dilakukan kontrolisasi harga.
(AP)