REI Kota Batam Akan Menggelar Rakerda dan REI Ekspo Yang Ke II
Senin, 02 September 2019
BATAM, Infokepri.com - Real Estate Indonesia (REI) Kota Batam akan menggelar Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dan REI Ekspo yang ke II yang dilaksanakan dari tanggal 4 September 2019 hingga 5 September 2019.
Ketua DPD REI Khusus Batam, Achyar Arfan saat ditemui sejumlah awak media di Grend Land, Batam Centre, Batam, Senin, (02/09/2019) mengatakan Rakerda akan dilaksanakan di Nagoya Hill Hotel pada pagi harinya dan REI Expo dilaksanakan di Mega Mall, Batam Centre pada sore harinya.
Beliau menyebutkan REI Batam sebagai salah satu motor penggerak ekonomi dan selalu menyediakan hunian yang modern yang terjangkau di Batam.
Dikatakannya bahwa REI Batam setiap setahun sekali menggelar Rakerda, untuk tahun ini Rakerda akan mengusung thema “Peranan REI Batam sebagai penggerak ekonomi dalam menyediakan hunian yang layak dan modern “.
Untuk tahun ini Kota Batam menjadi tuan rumah pada Rakerda REI se Sumatra, ada 11 DPD khusus membicarakan hal-hal yang dihadapi, dan tentu mencari terobasan-terobasan baru untuk meningkatkan bisinis, memberikan banyak lagi membangun rumah.
“Kegiatan kami sudah pasti didukung sepenuhya oleh partner kami Bank BTN Konvesional dan Syariah,” katanya
Ia menyebutkan dalam lima tahun terakhir ini pembangunan gedung-gedung yang tinggi sangat pesat di Kota Batam, terutama dalam tiga tahun terakhir ini.
“Saat ini ada 16 proyek yang berjalan semua dan merupakan suatu gerakan baru. Batam sebagai kota metropolitan menyongsong kedepan lebih gemilang, Property merupakan etalase ekonomi dari suatu daerah atau negara,” katanya.
Ia mengatakan bahwa dalam Rakerda itu kita akan sampaikan kepada stakeholder bahwa membeli dan tinggal di apertemen itu berbeda dengan rumah landed/rumah tapak. Oleh karena itu dibutuhkan kesiapan dari beberapa pihak salah satunya adalah Pemerintah sebagai pemberi izin.
Waktu memberi izin mereka punya tim pendamping, tim ahli bangunan dan gedung. mereview gambar bangunan yang berbeda, dari tiga lantai, lima lantai hingga 50 lantai. atau di Batam banyak terdapat dibawah 30 lantai.
Pemerintah juga mengeluarkan sertifikat yang berbeda dengan yang landed, dan sertifikat ini nantinya ada urusan juga dengan bank, dan dari pihak developer membangun gedung - gedung tinggi ini berbeda dengan gedung landed. bahwa permodalan jauh lebih besar dan mesti disediakan sampai bangunan itu tuntas.
“Kalau bangunan landed itu kan, kita boleh sesuaikan dengan permintaan pasar tapi bangunan apartemen, begitu diluncurkan tidak boleh berhenti harus diselesaikan sampai selesai, hal ini akan kita sampaikan dalam Rakerda nanti,” katanya.
Karena banyak istilah istilah baru yang harus kita sosialisasikan kepada masyarakat, dari pihak bank juga begitu karena kami banyak bergantung dengan pihak bank seperti Kredit Pemilikan Apartemen (KPA).
Dalam Rakerda itu juga akan disampaikan kebutuhan rumah murah bagi para pekerja dengan keterbatasan tanah yang ada di Batam ini.
“ Kita harus mencari solusi tidak bisa didiamkan saja, karena kemana mereka harus memiliki rumah, rumah yang layak dan terjangkau, dimana sekarang kurang lebih 50 ribu rumah liar berada di atas tanah/lahan para investor property,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia masih perlu, kira-kira 90 % pembiayaan rumah melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Pemerintah melalui bank BTN. Nilai KPR di Indonesia masih terendah dibandingkan Malaysia, Singapura, Thailand.
Dari segi bisnnis menjadi peluang, dan masih banyak di Indonesia yang belum mendapatkan akses itu. Potensi untuk KPR masih tinggi dan besar.
Pemerintah juga mengeluarkan sertifikat yang berbeda dengan yang landed, dan sertifikat ini nantinya ada urusan juga dengan bank, dan dari pihak developer membangun gedung - gedung tinggi ini berbeda dengan gedung landed. bahwa permodalan jauh lebih besar dan mesti disediakan sampai bangunan itu tuntas.
“Kalau bangunan landed itu kan, kita boleh sesuaikan dengan permintaan pasar tapi bangunan apartemen, begitu diluncurkan tidak boleh berhenti harus diselesaikan sampai selesai, hal ini akan kita sampaikan dalam Rakerda nanti,” katanya.
Karena banyak istilah istilah baru yang harus kita sosialisasikan kepada masyarakat, dari pihak bank juga begitu karena kami banyak bergantung dengan pihak bank seperti Kredit Pemilikan Apartemen (KPA).
Dalam Rakerda itu juga akan disampaikan kebutuhan rumah murah bagi para pekerja dengan keterbatasan tanah yang ada di Batam ini.
“ Kita harus mencari solusi tidak bisa didiamkan saja, karena kemana mereka harus memiliki rumah, rumah yang layak dan terjangkau, dimana sekarang kurang lebih 50 ribu rumah liar berada di atas tanah/lahan para investor property,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia masih perlu, kira-kira 90 % pembiayaan rumah melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Pemerintah melalui bank BTN. Nilai KPR di Indonesia masih terendah dibandingkan Malaysia, Singapura, Thailand.
Dari segi bisnnis menjadi peluang, dan masih banyak di Indonesia yang belum mendapatkan akses itu. Potensi untuk KPR masih tinggi dan besar.
(AP)