Hari Ke 4 PPDB, Siswa Yang Mendaftar Ke SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 17 Batam Membludak
Kamis, 04 Juli 2019
BATAM, Infokepri.com - Hari ke empat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) siswa yang mendaftar di SMA Negeri 5 Batam sudah mencapai 651 orang dan daya tampung siswa yang akan diterima sebanyak 360 siswa dengan 10 rombongan belajar (rombel) dengan catatan satu rombel siswanya sebanyak 36 siswa.
Ketua Panitia PPDB SMA Negeri 5 Batam, Friska Hayati saat ditemui sejumlah awak media di SMA Negeri 5 Batam, Kamis (4/6/2019) mengatakan jumlah siswa yang mendaftar dipastikan akan bertambah terus hingga hari terakhir pada tanggal 6 Juli 2019.
“ Yang boleh kami terima hanya 360 siswa sesuai arahan Dinas Pendidikan Provinsi Kepri,” katanya.
Siswa yang dapat diterima di sekolah tersebut tergantung dari zonasi atau jarak dari sekolah tersebut ke rumah siswa, atau ada beberapa jalur lain seperti jalur prestasi 15 % dan jalur orang tua yang pindah tugas sebanyak 5 %.
Untuk warga yang tinggal di kecamatan Sagulung ada 7 (tujuh) sekolah yaitu : SMK Negeri 8, SMK Negeri 5, SMA Negeri 5, SMA Negeri 17, SMA Negeri 18, SMA Negeri 19 dan MAN.
Setiap siswa yang mendaftar bisa menentukan dua pilihan, contoh siswa yang tinggal di Kelurahan Sei Langkai saat mendaftar bisa memilih di SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 17 dan siswa yang diterima dengan sistem zonasi ini sudah tersistem
Ditempat terpisah, Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 17, Dra. Hj. Tapi Winanti saat ditemui sejumlah awak media di ruang guru SMA Negeri 17 mengatakan hingga hari ke 4 ini siswa yang mendaftar ke sekolah itu sudah mencapai 416 siswa dan siswa yang dterima hanya 288 siswa atau sebanyak 8 rombel dengan catatan satu rombel sebanyak 36 siswa.
Ia mengatakan untuk saat ini, siswa yang mendaftar Jalur Prestasi dan jalur Pindahan orangtua baru 2 orang siswa dan kuota untuk kedua jalur tersebut sebanyak 20 %.
“Berarti terdapat kekurangan sekitar 58 siswa, namun jika kekosongan ini terus berlanjut akan diisi dengan peserta didik yang jaraknya terdekat dengan sekolah,” katanya
Ia mengatakan sudah 17 tahun memperhatikan PPDB disekolah yang dia pimpin, hingga tahun lalu tidak ada masalah, untuk tahun ini dirinya kurang yakin lantaran tahun lalu tidak ada gambar jarak (satelit), sehingga tidak begitu bermasalah dan satelit itu belum tentu benar semua. Contohnya : jika dihitung/dilihat langsung ke lokasi sekitar 200 meter sementara di sistem jaraknya 3000 meter/3 km.
“ Melalui zonasi ini kalau ada yang terdekat otomatis sistem meloloskan yang terdekat.,” katanya.
Masih banyak siswa atau orang tua yang tidak paham untuk mendaftar dengan cara online dan minta tolong dengan orang yang belum tentu paham.
Seperti yang dialami oleh salah satu siswi SMP Tunas Baru yang kebetulan menemui Kepala Sekolah SMA Negeri 17, Tapi Winanti bersama orang tuanya Nainggolan, siswi itu menuturkan dari sekolahan tidak ada pengarahan dari guru untuk memberitahukan cara mendaftar dengan sistem zonasi secara online.
“ Jarak rumah saya dari jalan besar itu ke rumah saya paling ada 300 meter tetapi saat mendaftar secara online tidak diperhatikan anak saya ini, jarak dari satelit dibuat sekitar 1,2 kilometer akibatnya nama putri saya yang sudah diterima di sekolah ini tereliminir,” kata Nainggolan
Menykapi hal itu, Tapi Winanti mengatakan bahwa panitia tugasnya hanya menerima data dan memverifikasinya serta mengikuti sistem.
“Hal seperti itulah yang akan saya bawa ke rapat dan memberi masukan-masukan merayu kebijakan itu supaya ada evaluasi kedepannya. Saya rasa disekolah lain banyak terjadi seperti hal tersebut. Dan siapa yang diterima tergantung kebijakan dari atasan saya (pihak Provinsi),” katanya.
Ia menjelaskan pengalamannya ketika menjabat Kepala Sekolah di SMA Negeri 4 di Tiban Kampung, memperioritaskan peserta didik di zonasi, pihaknya meminta data sama pihak Kelurahan, dan selebihnya baru melalui sistem online.
“ Ketika itu banyak murid yang tidak diterima, saya mengajukan ke Dinas Pendidikan provinsi Kepri agar satu rombel ditambahi sesuai aturan sebanyak 36 siswa saya ajukan agar satu rombel menjadi 36 orang,” katanya.
Ia juga menyarankan agar pihak Sekolah Swasta, yang memiliki daya tampung yang banyak, dengan adanya bantuan dana BOS untuk setiap siswa, dapat mengurangi biaya uang sekolah (SPP)nya agar minat orang tua / wali murid ada tidak , bukan lagi takut dengan biaya yang tinggi menurutnya.
(AP/Pay)
Masih banyak siswa atau orang tua yang tidak paham untuk mendaftar dengan cara online dan minta tolong dengan orang yang belum tentu paham.
Seperti yang dialami oleh salah satu siswi SMP Tunas Baru yang kebetulan menemui Kepala Sekolah SMA Negeri 17, Tapi Winanti bersama orang tuanya Nainggolan, siswi itu menuturkan dari sekolahan tidak ada pengarahan dari guru untuk memberitahukan cara mendaftar dengan sistem zonasi secara online.
“ Jarak rumah saya dari jalan besar itu ke rumah saya paling ada 300 meter tetapi saat mendaftar secara online tidak diperhatikan anak saya ini, jarak dari satelit dibuat sekitar 1,2 kilometer akibatnya nama putri saya yang sudah diterima di sekolah ini tereliminir,” kata Nainggolan
Menykapi hal itu, Tapi Winanti mengatakan bahwa panitia tugasnya hanya menerima data dan memverifikasinya serta mengikuti sistem.
“Hal seperti itulah yang akan saya bawa ke rapat dan memberi masukan-masukan merayu kebijakan itu supaya ada evaluasi kedepannya. Saya rasa disekolah lain banyak terjadi seperti hal tersebut. Dan siapa yang diterima tergantung kebijakan dari atasan saya (pihak Provinsi),” katanya.
Ia menjelaskan pengalamannya ketika menjabat Kepala Sekolah di SMA Negeri 4 di Tiban Kampung, memperioritaskan peserta didik di zonasi, pihaknya meminta data sama pihak Kelurahan, dan selebihnya baru melalui sistem online.
“ Ketika itu banyak murid yang tidak diterima, saya mengajukan ke Dinas Pendidikan provinsi Kepri agar satu rombel ditambahi sesuai aturan sebanyak 36 siswa saya ajukan agar satu rombel menjadi 36 orang,” katanya.
Ia juga menyarankan agar pihak Sekolah Swasta, yang memiliki daya tampung yang banyak, dengan adanya bantuan dana BOS untuk setiap siswa, dapat mengurangi biaya uang sekolah (SPP)nya agar minat orang tua / wali murid ada tidak , bukan lagi takut dengan biaya yang tinggi menurutnya.
(AP/Pay)