Gubernur Edy Rahmayadi : Mahalnya Harga Buku Harus Dicarikan Solusinya
Minggu, 23 September 2018
MEDAN, Sumutrealita.com - Mahalnya harga buku masih menjadi kendala upaya meningkatkan minat baca di tengah masyarakat. Karena itu, perlu dicarikan solusi, apakah harga buku yang diturunkan atau adanya subsidi.
Demikian disampaikan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi ketika membuka secara resmi Pameran Buku, Budaya dan Teknologi di halaman Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumut Jalan Brigjend Katamso Medan, Sabtu (22/9/2018).
Pameran yang diikuti sedikitnya 115 penerbit buku dari pulau Jawa dan Sumut itu akan berlangsung 22-26 September 2018.
“Rakyat Indonesia, khususnya Sumatera Utara memiliki minat baca yang besar, tapi tidak sanggup mendapatkan buku bacaan,” ujar Gubernur Edy Rahmayadi.
Untuk itu, Edy Rahmayadi akan melakukan evaluasi dan mempelajari hal-hal yang bisa dilakukan terkait dengan harga buku.
“Nanti kita akan pelajari, kalau kita bisa turunkan harga buku, ya kita turunkan, tapi tidak boleh penulis dan penerbit dirugikan,” ujarnya.
Menurut Edy, harus ada solusi terbaik dari persoalan harga buku ini. “Kalau harga buku tidak bisa turun, bila perlu disubsidi, kita cari win win solution apa yang bisa kami lakukan nanti,” katanya.
Edy pun menceritakan masa kecilnya, saat mencari buku bacaan murah ke kawasan Titi Gantung, Medan.
“Dulu, saat itu mau ujian, tak punya uang buat beli buku. Saya bersama teman-teman ke Titi Gantung, pinjam buku di sana pulang sampai jam 11 atau 12,” kenangnya.
Edy berharap anak-anak di Sumut tidak lagi mengalamai seperti dirinya dahulu, yang sulit mendapatkan buku bacaan murah.
“ Saya tak mau anak-anak saya macam saya, saya mau anak-anak di Sumatera Utara bebas membaca, kapan saja,” harapnya.
Perpustakaan adalah salah satu tempat dimana masyarakat bisa membaca banyak buku. Karena itu, menurut Edy, harus dibuat nyaman untuk semua orang.
“Bila perlu perpustakaan ada tamannya, sambil baca, tidak mungkin orang membaca dengan kondisi tidak karuan,” katanya.
Edy juga mengapresiasi acara Pameran Buku, Budaya dan Teknologi yang digelar Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumut bersama IKAPI tersebut. Bahkan menurutnya tidak harus setahun sekali, kalau bisa digelar sesering mungkin agar menarik orang untuk membaca.
“Bila perlu 3 bulan sekali, sebulan sekali, kenapa tidak,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Rosidayati Rozalina mengatakan Sumut telah 9 tahun tidak mengadakan pameran buku.
“Tahun ini adalah kesempatan baru, untuk memberikan semangat baru agar gemar membaca dan menggelar pameran buku setiap tahun,” katanya.
Pameran buku, kata Rosidayati, bertujuan meningkatkan minat baca dan sebagai ajang penjualan dan promosi buku terbaru.
“Tentu ada buku yang diberi diskon hingga 70%, yang akan menarik minat masyarakat,” katanya.
Masyarakat yang gemar membaca akan membuat negara maju. Karena itu, menurut Rosidayati, pemerintah perlu memfasilitasi pameran buku.
“Kami (penerbit) hanya bisa menunjang, tanpa bantuan pemerintah untuk mengerahkan atau mengajak masayarakat datang ke pameran buku akan percuma,” ujarnya.
Turut hadir pada kesempatan tersebut Sekretaris Utama Dewan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Sri Sumekar, Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara Ir H R Sabrina MSi, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumut Ferlin H Nainggolan, Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Setdarov Sumut Ilyas Sitorus, dan Ketua IKAPI Sumut Doni Irfan Alfian
(Ril)