Dikunjungi Dandim Kediri dan Danramil Mojo, Rumah Mbah Usrek Direnovasi Melalui Program RTLH
Rabu, 26 September 2018
KEDIRI, Infokepri.com - Mungkin jarang di era masa kini kita melihat langsung anyaman wadah yang terbuat dari bambu atau besek dalam bahasa Jawa, dilakukan secara manual dan dikerjakan oleh nenek-nenek. Tapi, pemandangan langka ini ternyata ada di Desa Blimbing, ketika tim tinjau lokasi TMMD yang terdiri dari Dandim Kediri Letkol Kav Dwi Agung Sutrisno, Danramil Mojo Kapten Arm Sugito, Pasi Ter Kodim Kediri Kapten Inf Warsito serta Kepala Desa Blimbing Djoeari, secara tidak sengaja menemukan, dalam tanda kutip seseorang yang menjalani pekerjaan tersebut, dan orang itu adalah Mbah Usrek, nenek yang tidak jelas berapa usia pastinya ini, Minggu (23/9/2018)
Rumah kedua pasangan tersebut terletak berdampingan dengan areal perbukitan yang cukup curam. Kendaraan roda dua, apalagi roda empat, tidak dapat menjangkau rumah tersebut. Hanya dengan jalan kaki sejauh sekitar 100 meter dari jalan utama desa, barulah bisa terlihat wujud rumah dari Mbah Usrek ini.
Yang lebih mengejutkan lagi, didepan rumahnya, terlihat beberapa potongan bambu berukuran sekitar 1 meter, dan tidak jauh dari keberadaan bambu itu, ada helaian bambu tipis yang terukur. Helaian bambu Inilah yang menjadi bahan utama pembuatan wadah atau besek.
Berdasarkan penuturan Mbah Usrek, diketahui harga 1 besek yang dijualnya cuma Rp 5.000,- dan jumlah nominal ini jauh lebih murah ketimbang harga pasaran yang mencapai Rp 8.000 hingga Rp 12.000,-. Besek-besek ini nantinya akan dijual ke Pasar Mojo, dan tentunya hasil keuntungan yang didapat Mbah Usrek inilah menjadi dapurnya tetap terisi makanan sehari-hari.
Modal yang dikeluarkan Mbah Usrek tidaklah besar, cuma Rp 10.000,- per lonjor bambu, dan setiap lonjor bambu itu menghasilkan 15 hingga 20 besek, tergantung besar kecil ukurannya. Modal yang tidak besar dan keuntungan yang juga tidak besar, selalu disyukuri pasangan suami istri lanjut usia ini.
Berdasarkan penuturan Mbah Usrek, diketahui harga 1 besek yang dijualnya cuma Rp 5.000,- dan jumlah nominal ini jauh lebih murah ketimbang harga pasaran yang mencapai Rp 8.000 hingga Rp 12.000,-. Besek-besek ini nantinya akan dijual ke Pasar Mojo, dan tentunya hasil keuntungan yang didapat Mbah Usrek inilah menjadi dapurnya tetap terisi makanan sehari-hari.
Modal yang dikeluarkan Mbah Usrek tidaklah besar, cuma Rp 10.000,- per lonjor bambu, dan setiap lonjor bambu itu menghasilkan 15 hingga 20 besek, tergantung besar kecil ukurannya. Modal yang tidak besar dan keuntungan yang juga tidak besar, selalu disyukuri pasangan suami istri lanjut usia ini.
Konon, berdasarkan info Kepala Desa Blimbing, anyaman bambu yang dikerjakan secara manual oleh Mbah Usrek, adalah satu-satunya yang ada di Desa Blimbing dan berstatus sebagai generasi terakhir. Anyaman Mbah Usrek tak kalah rapi dan bagusnya bila dibanding besek-besek yang mahal. Kerapatan anyaman benar-benar terlihat.
Pasangan suami istri lanjut usia, Mbah Usrek dan Mbah Towir ini mendapat bonus renovasi RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) yang berstatus over prestasi. Rumah milik Mbah Usrek ini didominasi bahan bambu atau gedek dalam bahasa jawa dan sangat layak masuk dalam program renovasi RTLH. Sesuai rencana, dalam waktu dekat, rumah tersebut bakal dibongkar dan berubah wujud.
(Pendim 0809/dodik)
Pasangan suami istri lanjut usia, Mbah Usrek dan Mbah Towir ini mendapat bonus renovasi RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) yang berstatus over prestasi. Rumah milik Mbah Usrek ini didominasi bahan bambu atau gedek dalam bahasa jawa dan sangat layak masuk dalam program renovasi RTLH. Sesuai rencana, dalam waktu dekat, rumah tersebut bakal dibongkar dan berubah wujud.
(Pendim 0809/dodik)