Profesor Dr Dorodjatun Kuntjoro Bersama Kepala BP Batam Bahas Pengembangan Potensi dan Investasi Batam
Senin, 26 Maret 2018
BATAM, Infokepri.com – Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Lukita Dinarsyah Tuwo menyambut dan menggelar pertemuan dengan Profesor. Dr Dorodjatun Kuntjoro di Gedung BP Batam, Batam Center, Batam pada Senin 26 Maret 2018. Pertemuan itu juga dihadiri oleh pejabat teras BP Batam.
Kunjungan mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini dalam rangka menumbuh kembangkan potensi dan investasi, serta membahas permasalahan-permasalahan yang dihadapi saat ini, serta mengatur strategi pembangunan Provinsi Kepulauan Riau khususnya Kota Batam.
Ia mengatakan kota Batam, melalui perairan Selat Malaka yang merupakan lalu lintas perdagangan terbesar di dunia, merupakan suatu wilayah yang sangat strategis, dan peran Pemerintah Daerah (Pemda) serta generasi penerus sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Pertemuan itu membahas tentang project kedepannya dan bagaimana caranya mengatur dari atas (Pemerintah Pusat) dan menumbuhkan dukungan dari bawah (Pemda.red), namun kerap dikeluhkan kurangnya koordinasi mulai dari atas.
"Untuk itu sangatlah penting bagaimana caranya mendapatkan dukungan dari bawah jangan selalu membicarakan dari atas ke bawah yang sudah menjadi kebiasaan sampai hari ini," ungkap Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro didampingi Kepala BP Batam.
Keadaan ekonomi dunia kini berubah-berubah, dimana sering dikejutkan dari kebijakan-kebijakan pemimpin dunia, dalam memberlakukan tarif yang demikian memberatkan. Berdampak buruk bagi pengusaha-pengusaha dan tentunya akan berimbas dengan melemahnya ekonomi di Indonesia.
"Akibat dari kebijakan tersebut dalam waktu dekat ini kita akan melihat serta merasakannya di Indonesia, sehingga apa yang harus kita lakukan haruslah lebih banyak di Free Trade Agreement (FTA) perjanjian perdagangan bebas bilateral," terangnya
Free Trade Agreement adalah Perjanjian diantara dua Negara atau lebih untuk membentuk wilayah perdagangan bebas dimana perdagangan barang dan jasa dapat melewati perbatasan Negara masing-masing tanpa dikenakan hambatan tarif atau hambatan non tarif.
"Dengan FTA pangsa pasar terbuka lebar, bersama itu bisa mengadakan perjanjian dengan perusahan antar Negara, terutama dengan kita yang ada di Batam khususnya, tanpa itu akan sulit," pungkasnya yang juga seorang pakar Ekonomi di Indonesia.
Saat ini Korea Selatan sudah mendekati 60 perjanjian bilateral dan dampak dari FTA tersebut mempunyai akses sekitar 80% dari pasar dunia, dan Indonesia sekarang baru mencapai kurang lebih sepuluh (10) perjanjian.
(AP)